DataPrint Merajut Mimpi di Dunia Pendidikan Indonesia

www.beasiswadataprint.com

Sabtu, 15 Juli 2023

Mengendus Jejak Mistis Dalam Bingkai Sejarah Kabupaten Semarang

 

 

Mengendus Jejak Mistis Dalam Bingkai Sejarah Kabupaten Semarang

Oleh : Chindy Yulia Permatasari

Universitas Bengkulu

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri"

-Ir. Soekarno-

Sumber: dokumen pribadi

Wisata bersejarah kelam atau dark historical tourism ibarat lorong waktu yang siap mengantar wisatawan ikut merasakan kepahitan, kesukaran perjuangan rakyat dalam melawan penindasan di masa lampau. Di Indonesia, warisan sejarah mempunyai daya tarik tersendiri terkhususnya pada objek wisata yang berkaitan dengan peristiwa kematian seperti daerah bekas perperangan, penjara, bangunan peninggalan kerajaan dan lainnya yang akhirnya tumbuh cerita mistis oleh masyarakat sekitar seperti penampakan hal-hal gaib. Wisata kelam ini merupakan wisata yang dapat mengikat empat interaksi emosional wisatawan diantaranya rasa terima kasih, penghormatan dan keharuan atas perlawanan para pejuang terhadap penindasan yang telah terjadi, perasaan untuk menjadi lebih baik atau unggul agar tidak terulang kembali peristiwa yang mengerikan, serta  rasa tidak aman dan selalu was-was karena pengalaman yang dilihat dari catatan sejarah memberikan peringatan khusus untuk lebih berhati-hati.

Sumber: Dokumen Pribadi

Salah satu destinasi wisata yang bernilai dark historical tourism yang dapat dikunjungi dengan biaya yang ramah di kantong ada di kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang kerap kali dijuluki oleh kolonial Belanda Venetia Van Java. Kabupaten Semarang memiliki luas 1.019 Km2 yang melintasi jalan negara untuk penghubung  Surakarta, Jogja dan Kota Semarang. Kabupaten ini tentu menyimpan banyak peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa kabupaten Semarang sudah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti peninggalan benteng Belanda, monumen perjuangan dan museum. Selain itu nama daerah Ambarawa juga berkaitan dengan sejarah Indonesia yaitu pertempuran Ambarawa yang meninggalkan banyak jejak bersejarah yang dapat diulik oleh para wisatawan dan sejarawan. Adapun wisata bersejarah dan memiliki nilai mistisnya akan kita ulas dimulai dari bangunan kokoh dan megah yaitu benteng Pendem Ambarawa atau benteng Fort Willem I.

sumber dokumentasi: kompas

Bingkai sejarah  Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I

Awal mula sejarah kedatangan kolonial barat adalah untuk menguasai rempah-rempah yang ada di Indonesia terkhususnya lada. Dengan mendapati lada yang berkualitas terbaik, perekonomian dan politik para kolonial akan terjamin begitupun dengan kerjaan-kerajaan lainnya yang mencoba datang berniaga. Dengan tujuan ini terjadilah perang  Diponegoro yang membuat  Kolonel Hoorn   memerintahkan untuk membuat  barak militer dan penyimpanan logistik selama peperangan di daerah Bawen. Sejak berakhirnya perang Diponegoro tahun 1834, maka didirikan Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I  ketika di masa pemerintah Raja Belanda Willem Frederik Prins Vans Oranje-Nassau hingga 1940. Sedangkan penduduk pribumi lebih senang menyebut benteng ini dengan sebutan Pendem Ambarawa yang dalam artian bahasa Jawa yaitu bangunan yang terkubur dalam tanah.  Untuk membuat benteng ini dapat selesai dan berdiri kokoh pada  tahun 1845, para kolonial melibatkan lebih kurang sebanyak  3000 kuli pribumi  yang berasal dari penduduk setempat dan para tawanan yang dihukum paksa untuk bekerja tanpa digaji. Informasi yang didapat dari penjaga konon benteng ini dapat menampung 12000 tentara. Meskipun berlindung di balik benteng yang kokoh rupanya fungsi utama benteng ini hanyalah sebagai penyimpanan logistik peperangan untuk menyimpan meriam, senapan, kendaraan berat, dan juga kebutuhan pangan selama peperangan. Sehingga tidak dapat dikhususkan sebagai benteng pertahan hal ini karena dari segi kontruksi benteng yang banyak jendela dan pintu serta tidak ditemukannya tempat meriam.


sumber dokumentasi: @ambaraheritagerun

Dalam lensa sejarah benteng ini menjadi saksi bisu bentuk cinta rakyat Ambarawa terhadap bumi Pertiwi. Benteng ini dulunya digunakan sebagai basis militer, pertahanan, logistik dan beberapa kegiatan kepentingan Belanda. Namun, seiring waktu setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia benteng ini sekarang difungsikan sebagai rumah dinas sipir atau tentara,  lapas  penjara atau  Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA dan  disisi lain di gunakan sebagai tempat wisata sejarah dibagian utara tepatnya dilantai dua. Selain mengulik sejarah, hal yang menarik untuk dibahas yakni kemegahan bangunan dan cerita mistis yang berkembang di masyarakat serta kalangan wisatawan yang telah berkunjung. Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I menawarkan keunikan dari segi desain arsitekturnya dengan gaya bagunan khas oriental Belanda.

  Benteng dengan banyak jendela dan pintu yang memanjang ini dibuka untuk wisatawan mulai pukul 8 pagi hingga 5 soredan untuk harinya dari Senin hingga Minggu. Uniknya terdapat jembatan kecil di atas untuk menghubungkan bagian sisi benteng. Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I terletak di kelurahan Lodoyong, kecamatan Ambarawa, dan kabupaten Semarang dekat dengan Museum Kereta Api Ambarawa. Sehingga untuk dapat berkunjung ke objek wisata ini hanya memerlukan jarak tempuh sekitar 10 hingga 15 menit dari Museum kereta Api Ambarawa. Setelah membayar biaya tiket masuk sebesar 5000 rupiah, wisatawan dapat memasuki pintu benteng yang kemudian kita akan disambut dengan berbagai fasilitas seperti pusat informasi, dan penyimpanan barang. Selanjutnya mata akan berdecak kagum dengan susunan batu bata yang kokoh dan batu bertuliskan huruf bersambung klasik dan unik berbahasa Eropa. Belum habis decak kagum terhadap kekokohan besi pintu gerbang, wisatawan akan diajak melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu dengan nuansa seakan-akan ada sungai yang mengalir di bawahnya. Ketika melewati jembatan ini wisatawan akan merasakan sensasi yang berbeda hal ini bercampur dengan rasa was-was karena usia jembatan ini yang sudah tua.


sumber dokumentasi: Shutterstock

Lebih menjorok ke dalam kita akan menemukan ruang penjara di sinilah suasana yang awalnya berdecak kagum berubah menjadi sedikit merinding karena  lorong-lorong ruangan penjara ini sedikit gelap, pencahayaan hanya didapati dari cahaya matahari yang masuk dari celah-celah jeruji. Kisah yang cukup merinding untuk didengar ketika penjaga menceritakan tembok berdarah. Konon, pada masa penjajahan Jepang benteng ini sebagai tempat tahanan orang-orang Belanda dan penduduk pribumi yang membangkang terhadap Jepang.  Tembok berdarah ini berisi ungkapan penderitaan sang tahanan yang sengaja mengguratkan dan menuliskan di tembok dengan darahnya hingga tawanan meninggal. Informasi tambahan ternyata tokoh pejuang Kiah Mahfud Salam yang dulunya juga pernah ditahan di salah satu penjara  di benteng ini.


sumber dokumentasi: @ferdi.ilyas

Setelah melihat ruang penjara dan banker senjata, wisatawan akan disuguhi hamparan rerumputan yang asri dengan meriam yang tersusun rapi pemandangan yang sangat eksotis. Namun keeksotisan ini tentu tidak terhindar dari hal mistis. Kisah yang janggal mulai terdengar dari beberapa warga setempat dan didukung dengan kedatangan gadis indigo terkenal Frislly Herlind. Sedikit membuat bulu kuduk merinding awal masuk sudah disambut dengan ruangan kecil yang konon bekas penjara ini menurut cerita mistis yang beredar ada sosok  bapak-bapak tua yang sangatt kurus  seperti tinggal tulang belulang tengah duduk bersamaan juga  dengan kepala yang seperti ditebas. Belum habis nuansa seram yang dirasakan, konon beberapa wisatawan benteng Pendem Ambarawa atau benteng Fort Willem I juga sering melihat penampakan segerombolan tawanan yang meminta tolong dari bawah jembatan.

sumber pribadi: ilustrasi penampakan sosok mistis

Terlepas dari kisah yang menyeramkan itu benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I ini sangat bagus untuk dijadikan spot foto terlebih lagi dengan keuniksan bentuk benteng ini berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi banyak lobang menyerupai jendela yang akan menambah kestetikan ketika berfoto. Selain itu wisatawan dapat mendengar suara decitan kereta Api yang melintasi rel kereta karena Benteng ini dekat dengan Museum Kereta Api yang akan menambah kita untuk bernostalgi dengan susasan tempo dulu.  Kemudian, mata pengunjung akan dimanjakan dengan bentangan sawah yang berada di sekitar lingkungan benteng yang akan menambah kesejukan dan kedamaian ketika berada di sana.


Catatan Sejarah Monumen Palagan Ambarawa

sumber dokumentasi: @perfectlifeid

Monumen Palagan Ambarawa terletak di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang merupakan saksi bisu perlawanan rakyat Ambarawa terutama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang terus berkobar untuk merebut kembali tanah lahir mereka yang baru saja merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Kedatangan NICA dan  pengkhiantan sekutu terhadap niat awal datang kembali  untuk mengurus tantara  Jepang yang ada di Jawa  Tengah, mengambil taktik baru untuk menguasai beberapa desa di Ambarawa dengan mmepersenjatai para tawanan perang dengan senjata modern. Mengendus adanya penjajajah kembali maka pasukan TKR dan BKR melakukan perlawanan pada tanggal 12 Desember 1945 yang mengakibatkan gugurnya pimpinan pasukan TKR Letkol Isdiman yang akhirnya  didirikan museum sebagai pengabdian terhadap jasa Letkol Isdiman, gugurnya perwira terbaik ini dan tidak tahan dengan sikap para tentara sekutu sangat kejam dan keji dan bersikap sewena-sewa melucuti senjata para TKR, maka  semakin  memuncaklah kemarahan Panglima besar Jenderal Soedirman, beliapun menggunakan siasat Supit Udang  dan dengan semangat juang  menggunakaan alat tempur bambu runcing dan beberapa senjata sitaan  dari pasukan Jepang, hingga akhirnya pertempuran malawan sekutu ini berakhir pada tanggal 15 Desember 1945.


Sumber: Dokumen pribadi

Monumen bersejarah yang diresmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 15 Desember 1974 ini beroperasi dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore cukup dengan membayar tiket masuk sebesar 7.500 rupiah, wisatawan yang berkunjung ke monumen ini sedikit banyaknya akan mendapati gambaran bagaimana susahnya pada zaman itu menegakkan hak-hak sesama manusia dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lebih khususnya lagi ketika kita melihat tugu setinggi 5 meter yang diikuti dengan didepannya ada patung Letkol Isdiman dan dua prajurit TKR yang memegang senjata dan bambu runcing, wisatawan, sedangkan diselatan tugu ada Panglima Besar Jenderal Soedirman, serat di sisi utara terdapat patung Gatot Subroto hal ini akan membawa suasana haru setelah melihat monumen ini ditambah lagi dengan adanya relief proklamasi dan lambang Pancasila yang membentang didinding tugu. Di sisi lain pada sekitara pelataran monument ini terdapat peninggalan benda bersejata selama pertempuran yakni truk dengan muatan 4 ton sebagai pengangkut tentara, dan pesawat pemburu yang disebut pesawat mustang cocor merah dengan berat 7000 kilogram, serta terakhir kereta api lokomotif tahun 1902 yang digunakan dulunya sebagai alat transportasi pertempuran. Adapun cerita mistis yang berkembang dimasyarakat sekitar adalah adanya sosok makhluk gaib menyerupai tantara sekutu pada sewaktu-waktu.

sumber dokumentasi: @ambarawailways

Tapak Tilas Museum Kereta Api Ambarawa

sumber dokumentasi:@ambarawaheritagerun

 Menariknya utuk dikunjugi oleh para kutu buku yaitu terdapat kereta Pustaka Indonesia yang memajang lebih kurang 300 buku yang bisa dibaca saat menggunakan kereta ini. Selain itu terdapat kereta wisata dan beberapa kereta seperti lokomotif B 2502 yang masih aktif beroperasi. Dibalik kemegahan museum ini terdapat cerita pahit yang dialami oleh penduduk pribumi pada zaman itu berupa diskriminasi yang sangat keras seperti pemisahan ruang tunggu antara penumpang kulit putih dan pribumi meskipun secara bersamaan membeli tiket kelas 1. Menarik lagi untuk disimak manakala seorang petugas yang berbagi kisah mengenai  beberapa sosok yang muncul disekitara museum seperti laki-laki dengan paras bule putih dan sangat tinggi berambut pirang, dan sebaliknya Noni Belanda yang tengah menunggu digerbong kereta serta sosok yang memegang uang banyak. Cerita mistis seperti ini berkaitan dengan sejarah yang mana pada pembangunan kereta ini dulunya dengan sistem kerja rodi dalam artian para rakyat tidak mendapatkan hak-haknya selama bekerja dan tidak jarang pula mereka akan disiksa apabila menentang. 

sumber dokumentasi: @monumenpalaganambarawa

Selain monumen dan benteng, bukti nyata masuknya peradapan Eropa dan penjajahan Belanda di Kabupaten Semarang  ditandai dengan munculnya pengusaha swasta  yang membuka perkebunan kopi di Ambarawa, dengan begitu para colonial membutuhkan sarana  pengangkutan masal berupa kereta untuk akomodasi hasil perkebunan dan aktivitas militer. Kemudian dalam lensa sejarah pada tanggal  21 Maret 1873, raja William  I  memerintahkan Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij untuk membangun stasiun dengan luas 127.500 meter persegi dan jalur kerta api  yang dekat dengan bentengnya di Ambarawa. Wisatawan dapat mengunjungi museum kereta ini dengan cukup membayar tiket masuk sebesar 20.000 ribu rupiah untuk dewasa dan 10.000 rupiah untuk anak-anak. Wisatawan akan disambut dengan Lorong Panjang ketika memasuki museum ini pertama kalinya dikelilingi dengan bangunan yang membuat wisatawan merasa seperti sedang berada di negara Eropa. Sekitar 22 buah lokomotif  kereta api uap kuno dan tempo dulu yang sudah tidak aktif beroperasi terpajang rapi semakin jauh kita akan terbawa suasa kembali ke zaman sebelum kemerdekaan.

sumber dokumentasi: @monumenpalaganambarawa

Sejarah serta kebudayaan suatu daerah berpengaruh terhadap kemajuan intelektual dan kreatifitas suatu bangsa. Untuk itu seharusnya kita menjaga dan mempariwarakan kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki bangsa ini. Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu menjaga warisan nenek moyang agar anak cucu kita masih dapat melihat saksi-saksi bisu perjuangan melawan penjajahan. Selain itu dengan berkunjung ke tempat wisata bersejarah yang meskipun terdapat cerita peristiwa kelam di tempat wisata itu, tentu kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah yang ada seperti berkunjung dan  menapak tilas ke benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I, Monumen Palagan Ambarawa dan Museum Kereta Api Ambarawa di sini kita mendapatkan kembali semangat nasionalisme dan cinta tanah air untuk melanjutkan estafet perjuangan pahlawan kita agar kita tidak kembali dijajah lagi. Di balik kecilnya suatu daerah tentu memiliki misteri sendiri yang dapat diceritai. Begitupun di balik kunonya peninggalan sejarah tersebut tentulah memiliki pesona keindahan dan kekayaan yang bernilai tinggi. Untuk itu jangan lupa melestarikan wisata budaya daerah kita. Mari kitas menjelajahi etiap pesona keindahan dari Kabupaten Semarang, “Ayo Dolan Nang Kabupaten Semarang!”.


 DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Kris Sidik. (2018). Peninggalan Benteng Bersejarah di Indonesia. Yogyakarta: Rubrik.

Dratiarawati, A. (2015). Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar. Indonesian Journal of History Education, 3(2).

Raharjo, A. B. (2000). Museum Kereta Api Ambarawa (Doctoral dissertation, Petra Christian University).


Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang", #pesonakabupatensemarang, yuk kunjungi web site: www.kabsemarangtourism.id untuk informasi seputar wisata yang ada di Kabupaten Semarang.


10 komentar:

  1. Keren bgt sihh, makasih kakk

    BalasHapus
  2. Keren bangett.. Semoga makin Kreatif dan Berkarya Terus ya kak☺️

    BalasHapus
  3. keren!!!😻, semngattt kak

    BalasHapus
  4. MasyaAllah keren menarik sekali informasinya jadi pingin liburan ke Kabupaten Semarang

    BalasHapus
  5. Suatu karya yang sangat luarbiasa, semangat berkarya terus 🤝💪

    BalasHapus
  6. MasyaaAllah semangat berkarya ya, trslah menginspirasi🤍

    BalasHapus
  7. Masyaallah keren banget mbak😍
    Semangatt terus yaa🤗

    BalasHapus
  8. Masyaallah keren🥰, semangat terus mbak💪

    BalasHapus
  9. MasyaAllah keren banget, semoga selalu semangat untul terus menulis karya keren2

    BalasHapus