Mengendus
Jejak Mistis Dalam Bingkai Sejarah Kabupaten Semarang
Oleh
: Chindy Yulia Permatasari
Universitas Bengkulu
"Bangsa
yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri"
-Ir. Soekarno-
![]() |
Sumber: dokumen pribadi |
Wisata bersejarah kelam atau dark historical tourism ibarat lorong waktu yang siap mengantar wisatawan ikut merasakan kepahitan, kesukaran perjuangan rakyat dalam melawan penindasan di masa lampau. Di Indonesia, warisan sejarah mempunyai daya tarik tersendiri terkhususnya pada objek wisata yang berkaitan dengan peristiwa kematian seperti daerah bekas perperangan, penjara, bangunan peninggalan kerajaan dan lainnya yang akhirnya tumbuh cerita mistis oleh masyarakat sekitar seperti penampakan hal-hal gaib. Wisata kelam ini merupakan wisata yang dapat mengikat empat interaksi emosional wisatawan diantaranya rasa terima kasih, penghormatan dan keharuan atas perlawanan para pejuang terhadap penindasan yang telah terjadi, perasaan untuk menjadi lebih baik atau unggul agar tidak terulang kembali peristiwa yang mengerikan, serta rasa tidak aman dan selalu was-was karena pengalaman yang dilihat dari catatan sejarah memberikan peringatan khusus untuk lebih berhati-hati.
Salah satu destinasi wisata yang bernilai dark historical tourism yang dapat dikunjungi dengan biaya yang ramah di kantong ada di kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang kerap kali dijuluki oleh kolonial Belanda Venetia Van Java. Kabupaten Semarang memiliki luas 1.019 Km2 yang melintasi jalan negara untuk penghubung Surakarta, Jogja dan Kota Semarang. Kabupaten ini tentu menyimpan banyak peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa kabupaten Semarang sudah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti peninggalan benteng Belanda, monumen perjuangan dan museum. Selain itu nama daerah Ambarawa juga berkaitan dengan sejarah Indonesia yaitu pertempuran Ambarawa yang meninggalkan banyak jejak bersejarah yang dapat diulik oleh para wisatawan dan sejarawan. Adapun wisata bersejarah dan memiliki nilai mistisnya akan kita ulas dimulai dari bangunan kokoh dan megah yaitu benteng Pendem Ambarawa atau benteng Fort Willem I.
![]() |
sumber dokumentasi: kompas |
Bingkai sejarah Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I
Awal mula sejarah kedatangan kolonial barat adalah
untuk menguasai rempah-rempah yang ada di Indonesia terkhususnya lada. Dengan
mendapati lada yang berkualitas terbaik, perekonomian dan politik para kolonial
akan terjamin begitupun dengan kerjaan-kerajaan lainnya yang mencoba datang
berniaga. Dengan tujuan ini terjadilah perang Diponegoro yang membuat Kolonel Hoorn memerintahkan untuk membuat barak militer dan penyimpanan logistik selama
peperangan di daerah Bawen. Sejak berakhirnya perang Diponegoro tahun 1834,
maka didirikan Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I ketika di masa pemerintah Raja Belanda Willem Frederik
Prins Vans Oranje-Nassau hingga 1940. Sedangkan penduduk pribumi lebih senang
menyebut benteng ini dengan sebutan Pendem Ambarawa yang dalam artian bahasa Jawa
yaitu bangunan yang terkubur dalam tanah.
Untuk membuat benteng ini dapat selesai dan berdiri kokoh pada tahun 1845, para kolonial melibatkan lebih
kurang sebanyak 3000 kuli pribumi yang berasal dari penduduk setempat dan para
tawanan yang dihukum paksa untuk bekerja tanpa digaji. Informasi yang didapat
dari penjaga konon benteng ini dapat menampung 12000 tentara. Meskipun
berlindung di balik benteng yang kokoh rupanya fungsi utama benteng ini hanyalah
sebagai penyimpanan logistik peperangan untuk menyimpan meriam, senapan,
kendaraan berat, dan juga kebutuhan pangan selama peperangan. Sehingga tidak
dapat dikhususkan sebagai benteng pertahan hal ini karena dari segi kontruksi
benteng yang banyak jendela dan pintu serta tidak ditemukannya tempat meriam.
![]() |
sumber dokumentasi: @ambaraheritagerun |
Dalam
lensa sejarah benteng ini menjadi saksi bisu bentuk cinta rakyat Ambarawa
terhadap bumi Pertiwi. Benteng ini dulunya digunakan sebagai basis militer,
pertahanan, logistik dan beberapa kegiatan kepentingan Belanda. Namun, seiring
waktu setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia benteng ini sekarang
difungsikan sebagai rumah dinas sipir atau tentara, lapas
penjara atau Lembaga
Pemasyarakatan kelas IIA dan disisi lain
di gunakan sebagai tempat wisata sejarah dibagian utara tepatnya dilantai dua. Selain
mengulik sejarah, hal yang menarik untuk dibahas yakni kemegahan bangunan dan
cerita mistis yang berkembang di masyarakat serta kalangan wisatawan yang telah
berkunjung. Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I menawarkan
keunikan dari segi desain arsitekturnya dengan gaya bagunan khas oriental Belanda.
Benteng dengan banyak jendela dan pintu yang
memanjang ini dibuka untuk wisatawan mulai pukul 8 pagi hingga 5 soredan untuk
harinya dari Senin hingga Minggu. Uniknya terdapat jembatan kecil di atas untuk
menghubungkan bagian sisi benteng. Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort
Willem I terletak di kelurahan Lodoyong, kecamatan Ambarawa, dan kabupaten
Semarang dekat dengan Museum Kereta Api Ambarawa. Sehingga untuk dapat
berkunjung ke objek wisata ini hanya memerlukan jarak tempuh sekitar 10 hingga
15 menit dari Museum kereta Api Ambarawa. Setelah membayar biaya tiket masuk
sebesar 5000 rupiah, wisatawan dapat memasuki pintu benteng yang kemudian kita
akan disambut dengan berbagai fasilitas seperti pusat informasi, dan
penyimpanan barang. Selanjutnya mata akan berdecak kagum dengan susunan batu
bata yang kokoh dan batu bertuliskan huruf bersambung klasik dan unik berbahasa
Eropa. Belum habis decak kagum terhadap kekokohan besi pintu gerbang, wisatawan
akan diajak melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu dengan nuansa
seakan-akan ada sungai yang mengalir di bawahnya. Ketika melewati jembatan ini wisatawan akan merasakan sensasi yang berbeda
hal ini bercampur dengan rasa was-was karena usia jembatan ini yang sudah tua.
![]() |
sumber dokumentasi: Shutterstock |
Lebih menjorok ke dalam kita akan menemukan
ruang penjara di sinilah suasana yang awalnya berdecak kagum berubah menjadi
sedikit merinding karena lorong-lorong ruangan
penjara ini sedikit gelap, pencahayaan hanya didapati dari cahaya matahari yang
masuk dari celah-celah jeruji. Kisah yang cukup merinding untuk didengar ketika
penjaga menceritakan tembok berdarah. Konon, pada masa penjajahan Jepang benteng
ini sebagai tempat tahanan orang-orang Belanda dan penduduk pribumi yang
membangkang terhadap Jepang. Tembok
berdarah ini berisi ungkapan penderitaan sang tahanan yang sengaja mengguratkan
dan menuliskan di tembok dengan darahnya hingga tawanan meninggal. Informasi
tambahan ternyata tokoh pejuang Kiah Mahfud Salam yang dulunya juga pernah ditahan
di salah satu penjara di benteng ini.
![]() |
sumber dokumentasi: @ferdi.ilyas |
Setelah melihat ruang penjara dan banker senjata, wisatawan akan disuguhi hamparan rerumputan yang asri dengan meriam yang tersusun rapi pemandangan yang sangat eksotis. Namun keeksotisan ini tentu tidak terhindar dari hal mistis. Kisah yang janggal mulai terdengar dari beberapa warga setempat dan didukung dengan kedatangan gadis indigo terkenal Frislly Herlind. Sedikit membuat bulu kuduk merinding awal masuk sudah disambut dengan ruangan kecil yang konon bekas penjara ini menurut cerita mistis yang beredar ada sosok bapak-bapak tua yang sangatt kurus seperti tinggal tulang belulang tengah duduk bersamaan juga dengan kepala yang seperti ditebas. Belum habis nuansa seram yang dirasakan, konon beberapa wisatawan benteng Pendem Ambarawa atau benteng Fort Willem I juga sering melihat penampakan segerombolan tawanan yang meminta tolong dari bawah jembatan.
![]() |
sumber pribadi: ilustrasi penampakan sosok mistis |
Terlepas
dari kisah yang menyeramkan itu benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort
Willem I ini sangat bagus untuk dijadikan spot foto terlebih lagi dengan
keuniksan bentuk benteng ini berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi banyak
lobang menyerupai jendela yang akan menambah kestetikan ketika berfoto. Selain
itu wisatawan dapat mendengar suara decitan kereta Api yang melintasi rel
kereta karena Benteng ini dekat dengan Museum Kereta Api yang akan menambah kita
untuk bernostalgi dengan susasan tempo dulu. Kemudian, mata pengunjung akan dimanjakan
dengan bentangan sawah yang berada di sekitar lingkungan benteng yang akan
menambah kesejukan dan kedamaian ketika berada di sana.
Catatan Sejarah Monumen Palagan Ambarawa
![]() |
sumber dokumentasi: @perfectlifeid |
Monumen Palagan Ambarawa terletak di Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang merupakan saksi bisu perlawanan rakyat Ambarawa terutama
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang terus berkobar untuk merebut kembali tanah
lahir mereka yang baru saja merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Kedatangan
NICA dan pengkhiantan sekutu terhadap
niat awal datang kembali untuk mengurus tantara
Jepang yang ada di Jawa Tengah, mengambil taktik baru untuk menguasai
beberapa desa di Ambarawa dengan mmepersenjatai para tawanan perang dengan
senjata modern. Mengendus adanya penjajajah kembali maka pasukan TKR dan BKR
melakukan perlawanan pada tanggal 12 Desember 1945 yang mengakibatkan gugurnya
pimpinan pasukan TKR Letkol Isdiman yang akhirnya didirikan museum sebagai pengabdian terhadap jasa
Letkol Isdiman, gugurnya perwira terbaik ini dan tidak tahan dengan sikap para tentara
sekutu sangat kejam dan keji dan bersikap sewena-sewa melucuti senjata para TKR,
maka semakin memuncaklah kemarahan Panglima besar Jenderal
Soedirman, beliapun menggunakan siasat Supit Udang dan dengan semangat juang menggunakaan alat tempur bambu runcing dan beberapa
senjata sitaan dari pasukan Jepang, hingga
akhirnya pertempuran malawan sekutu ini berakhir pada tanggal 15 Desember 1945.
![]() |
Sumber: Dokumen pribadi |
Monumen bersejarah yang diresmikan oleh
presiden Soeharto pada tanggal 15 Desember 1974 ini beroperasi dari jam 7 pagi hingga
jam 5 sore cukup dengan membayar tiket masuk sebesar 7.500 rupiah, wisatawan
yang berkunjung ke monumen ini sedikit banyaknya akan mendapati gambaran
bagaimana susahnya pada zaman itu menegakkan hak-hak sesama manusia dan
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lebih khususnya lagi ketika kita melihat tugu
setinggi 5 meter yang diikuti dengan didepannya ada patung Letkol Isdiman dan dua
prajurit TKR yang memegang senjata dan bambu runcing, wisatawan, sedangkan diselatan
tugu ada Panglima Besar Jenderal Soedirman, serat di sisi utara terdapat patung
Gatot Subroto hal ini akan membawa suasana haru setelah melihat monumen ini
ditambah lagi dengan adanya relief proklamasi dan lambang Pancasila yang
membentang didinding tugu. Di sisi lain pada sekitara pelataran monument ini
terdapat peninggalan benda bersejata selama pertempuran yakni truk dengan
muatan 4 ton sebagai pengangkut tentara, dan pesawat pemburu yang disebut
pesawat mustang cocor merah dengan berat 7000 kilogram, serta terakhir kereta
api lokomotif tahun 1902 yang digunakan dulunya sebagai alat transportasi
pertempuran. Adapun cerita mistis yang berkembang dimasyarakat sekitar adalah
adanya sosok makhluk gaib menyerupai tantara sekutu pada sewaktu-waktu.
![]() |
sumber dokumentasi: @ambarawailways |
Tapak Tilas Museum Kereta Api Ambarawa
![]() |
sumber dokumentasi:@ambarawaheritagerun |
Menariknya utuk dikunjugi oleh para kutu buku yaitu terdapat kereta Pustaka Indonesia yang memajang lebih kurang 300 buku yang bisa dibaca saat menggunakan kereta ini. Selain itu terdapat kereta wisata dan beberapa kereta seperti lokomotif B 2502 yang masih aktif beroperasi. Dibalik kemegahan museum ini terdapat cerita pahit yang dialami oleh penduduk pribumi pada zaman itu berupa diskriminasi yang sangat keras seperti pemisahan ruang tunggu antara penumpang kulit putih dan pribumi meskipun secara bersamaan membeli tiket kelas 1. Menarik lagi untuk disimak manakala seorang petugas yang berbagi kisah mengenai beberapa sosok yang muncul disekitara museum seperti laki-laki dengan paras bule putih dan sangat tinggi berambut pirang, dan sebaliknya Noni Belanda yang tengah menunggu digerbong kereta serta sosok yang memegang uang banyak. Cerita mistis seperti ini berkaitan dengan sejarah yang mana pada pembangunan kereta ini dulunya dengan sistem kerja rodi dalam artian para rakyat tidak mendapatkan hak-haknya selama bekerja dan tidak jarang pula mereka akan disiksa apabila menentang.
![]() |
sumber dokumentasi: @monumenpalaganambarawa |
Selain monumen dan benteng, bukti nyata
masuknya peradapan Eropa dan penjajahan Belanda di Kabupaten Semarang ditandai dengan munculnya pengusaha
swasta yang membuka perkebunan kopi di
Ambarawa, dengan begitu para colonial membutuhkan sarana pengangkutan masal berupa kereta untuk
akomodasi hasil perkebunan dan aktivitas militer. Kemudian dalam lensa sejarah pada
tanggal 21 Maret 1873, raja William I memerintahkan
Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij untuk membangun stasiun dengan
luas 127.500 meter persegi dan jalur kerta api
yang dekat dengan bentengnya di Ambarawa. Wisatawan dapat mengunjungi
museum kereta ini dengan cukup membayar tiket masuk sebesar 20.000 ribu rupiah
untuk dewasa dan 10.000 rupiah untuk anak-anak. Wisatawan akan disambut dengan Lorong
Panjang ketika memasuki museum ini pertama kalinya dikelilingi dengan bangunan yang
membuat wisatawan merasa seperti sedang berada di negara Eropa. Sekitar 22 buah
lokomotif kereta api uap kuno dan tempo
dulu yang sudah tidak aktif beroperasi terpajang rapi semakin jauh kita akan
terbawa suasa kembali ke zaman sebelum kemerdekaan.
![]() |
sumber dokumentasi: @monumenpalaganambarawa |
Sejarah
serta kebudayaan suatu daerah berpengaruh terhadap kemajuan intelektual dan kreatifitas
suatu bangsa. Untuk itu seharusnya kita menjaga dan mempariwarakan kekayaan
sejarah dan budaya yang dimiliki bangsa ini. Sudah menjadi kewajiban kita untuk
selalu menjaga warisan nenek moyang agar anak cucu kita masih dapat melihat
saksi-saksi bisu perjuangan melawan penjajahan. Selain itu dengan berkunjung ke
tempat wisata bersejarah yang meskipun terdapat cerita peristiwa kelam di
tempat wisata itu, tentu kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah yang ada
seperti berkunjung dan menapak tilas ke
benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Fort Willem I, Monumen Palagan Ambarawa
dan Museum Kereta Api Ambarawa di sini kita mendapatkan kembali semangat
nasionalisme dan cinta tanah air untuk melanjutkan estafet perjuangan pahlawan
kita agar kita tidak kembali dijajah lagi. Di balik kecilnya suatu daerah tentu
memiliki misteri sendiri yang dapat diceritai. Begitupun di balik kunonya
peninggalan sejarah tersebut tentulah memiliki pesona keindahan dan kekayaan yang
bernilai tinggi. Untuk itu jangan lupa melestarikan wisata budaya daerah kita. Mari
kitas menjelajahi etiap pesona keindahan dari Kabupaten Semarang, “Ayo Dolan
Nang Kabupaten Semarang!”.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan,
Kris Sidik. (2018). Peninggalan Benteng Bersejarah di Indonesia. Yogyakarta:
Rubrik.
Dratiarawati,
A. (2015). Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar.
Indonesian Journal of History Education, 3(2).
Raharjo,
A. B. (2000). Museum Kereta Api Ambarawa (Doctoral dissertation, Petra
Christian University).
Tulisan
ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang", #pesonakabupatensemarang, yuk kunjungi web site: www.kabsemarangtourism.id untuk informasi seputar wisata yang ada di Kabupaten Semarang.
Keren bgt sihh, makasih kakk
BalasHapusKeren bangett.. Semoga makin Kreatif dan Berkarya Terus ya kak☺️
BalasHapuskeren!!!😻, semngattt kak
BalasHapusMasyaAllah keren menarik sekali informasinya jadi pingin liburan ke Kabupaten Semarang
BalasHapusSuatu karya yang sangat luarbiasa, semangat berkarya terus 🤝💪
BalasHapusMasyaAllah semangat terus chinday 🤩
BalasHapusMasyaaAllah semangat berkarya ya, trslah menginspirasi🤍
BalasHapusMasyaallah keren banget mbak😍
BalasHapusSemangatt terus yaa🤗
Masyaallah keren🥰, semangat terus mbak💪
BalasHapusMasyaAllah keren banget, semoga selalu semangat untul terus menulis karya keren2
BalasHapus